Kementerian Industri: Hidrogen Hijau untuk Reduksi CO2 Industri
Kementerian Perindustrian Indonesia menegaskan pentingnya penggunaan hidrogen hijau dalam mempercepat upaya pengurangan emisi CO2 di sektor industri. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mencapai target nol emisi pada tahun 2060. Dalam pernyataan terbarunya, Kementerian menyebutkan bahwa hidrogen hijau, yang dihasilkan dari energi terbarukan, akan menjadi salah satu solusi utama untuk mengurangi ketergantungan industri pada bahan bakar fosil.

Upaya pengurangan emisi karbon ini sejalan dengan komitmen global Indonesia untuk mencapai nol emisi bersih pada tahun 2060. Indonesia berkomitmen terhadap program-program pelestarian lingkungan global seperti Paris Agreement. Penggunaan hidrogen hijau tidak hanya akan membantu dalam mencapai target lingkungan ini, tetapi juga membuka peluang besar dalam pertumbuhan ekonomi hijau di Indonesia. Pemerintah telah menyiapkan berbagai insentif untuk perusahaan yang berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi hidrogen hijau.
Selain itu, Indonesia juga memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu produsen utama hidrogen hijau di kawasan Asia Tenggara. Dengan sumber daya energi terbarukan yang melimpah, Indonesia dapat meningkatkan kapasitas produksi energi bersih ini untuk memenuhi permintaan domestik dan ekspor. Indonesia memiliki potensi besar di bidang energi surya dan angin. Menurut Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Indonesia dapat memanfaatkan lahan-lahan luas yang tersedia di daerah-daerah seperti Kalimantan dan Sulawesi untuk membangun instalasi energi terbarukan.
Baca Juga: Formasi CPNS dan PPPK 2023 untuk S1 Semua Jurusan
Tantangan Hidrogen Hijau di Indonesia
Namun, tantangan dalam pengembangan hidrogen hijau di Indonesia tidak dapat diabaikan. Salah satu tantangan terbesar adalah biaya investasi awal yang masih relatif tinggi. Teknologi elektrolisis masih dalam tahap pengembangan dan memerlukan infrastruktur yang mahal. Selain itu, ada juga kekhawatiran mengenai keterbatasan pasokan air bersih, yang merupakan komponen utama dalam proses elektrolisis. Beberapa ahli menilai bahwa perlu ada kebijakan yang komprehensif dari pemerintah untuk mendukung riset dan pengembangan teknologi yang lebih efisien).
Terlepas dari tantangan tersebut, pemerintah optimistis bahwa program ini dapat menjadi salah satu pilar utama dalam upaya dekarbonisasi sektor industri di Indonesia. Dalam pertemuan terbaru antara Kementerian Perindustrian dan Asosiasi Energi Baru dan Terbarukan Indonesia (EBTKE), disepakati bahwa perlu adanya sinergi antara pihak swasta, akademisi, dan pemerintah dalam mengembangkan roadmap yang jelas untuk transisi energi hijau. Diharapkan, dalam lima tahun ke depan, penggunaan hidrogen hijau dapat mulai diimplementasikan secara luas di berbagai sektor.
Kementerian juga menegaskan bahwa selain manfaat lingkungan, adopsi hidrogen hijau di industri dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian Indonesia. Dampak ekonomi yang dimaksud adalah menciptakan lapangan kerja baru di bidang teknologi dan energi terbarukan. Dengan demikian, Indonesia dapat menjadi pemain utama dalam pasar energi bersih global. Diperkirakan, ekonomi berbasis energi bersih ini akan tumbuh pesat dalam beberapa dekade mendatang.